Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2010

solubilitas

Jika gagasan telah dituliskan, maka ia berkata seolah berlidah. Pada kerongkongannya terdapat hasrat, terdapat tanya dan itikad. Mungkin ia berlari, mencari diantara cahaya mentari. Apakah engkau sedang menanti sesuatu, Tuanku? Membacalah, maka kamu seklian akan tersesat. Pada pagi akan kau temui serangkaian cahaya matahari yang menggeliat menerangi setiap inci bumi. Hangatnya, mula-mula akan membuatmu berpikir bahwa hidup ini indah apa adanya. Pada setiap terang yang ia sajikan padamu, terdapat harapan-harapan yang melambungkan angan ke angkasa. Menuju awan-awan yang membentuk tanah surga. Tapi lantas engkau tersadarkan oleh layar televisi yang melukis kesenangan pada sebotol air bernama, hitam lurusnya rambut wanita, dan putih licinnya kulit kekasih. Engkau bergumam; Hidup ini menyebalkan seperti adanya. Inilah Sapardi, lelaki muda yang penuh tenaga, tak terbatas waktu dan tak terjegal ruang. Ditangannya terdapat bakat menulis yang tak akan pernah habis dikikis usia. Ia penulis, sas

rahim

Tak ada abstraksi dalam hidup, semuanya jelas dan terperinci dihadapanmu. Rahim, anakku, merupakan angka enam yang kau lafalkan sambil mulutmu mengatup, kata ibumu suatu ketika. Engkau terdiam dalam remang yang tak kau mengerti, sementara diluar, jalan yang bermandi cahaya lampu kota berkilatan setelah gerimis mengguyurnya bisu tak menyeretmu pergi. Apakah engkau tahu, bahwa rahim meringkuk dalam perutku seumur hidup dan pada satu waktu engkau ada di dalamnya. Lemah dan tanpa daya, lanjut ibumu. Diam-diam matamu berpaling pada sepotong malam yang ada pada jendela. Aku tahu engkau tak menyaksikan apa-apa selain pohon pisang yang diserang hama, sehingga daun-daunnya yang lebar serupa jubah hantu-hantu yang tergambar pada buku komik. Ibu tak hendak menakutimu, katanya. Ada yang harus kau cari dalam tempurung kepalamu, sesuatu yang bahkan tak kau ingat kapan kejadiannya, sebelum engkau mampu mengingat. Ingat, anakku, engkau tak berdaya, apalagi untuk merekam kejadian. Perempuan itu m

Situ Lembang

Perjalanan kami kali ini rupanya meleset jauh dari perkiraan semula. Apa yang direncanakan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Tadinya akan ada empat orang yang akan pergi, namun sehari menjelang keberangkatan ia membatalkan diri. Alasan yang dikemukakanya cukup lucu, ia takut hantu. Rupanya ia diberitahu oleh temannya kalau wilayah Situ Lembang banyak hantunya. Dan ia termakan omongan temannya agar membatalkan saja perjalanan kesana. Padahal semua perlengkapan dan perbekalan sudah siap. Akhirnya kami bertiga yang berangkat ke tempat yang biasa dijadikan tempat Pendidikan Dasar Wanadri dan wilayah latihan Kopassus ini. Bada solat Subuh kami mulai perjalanan ini. Perjalanan dimulai dengan naik angkot sampai Terminal Ledeng. Dari situ perjalanan disambung dengan naik angkot jurusan Parongpong dan turun di Villa Istana Bunga. Belum jam 7 pagi ketika kami tiba di Vila Istana Bunga dan mulai berjalan kaki. Belum satu jam berjalan melalui vila dan perkampungan di daerah Ciwangu

Majestic

Beberapa hari yang lalu, kami tak sengaja lewat Jalan Braga. Hampir tidak ada yang berubah dari jalan Braga selain bergantinya beberapa toko menjadi tempat makan dan distro. Namun kemarin ada yang baru dari bangunan Majestic, bangunan bekas bisokop yang namanya tenar di Bandung. Sebelumnya bangunan ini menjadi Asia-Africa Cultural Centre (AACC), hanya saja operasional gedung ini sempat terhenti setelah adanya kasus meninggal beberapa penonton dalam konser peluncuran album dari band Beside. Majestic pula yang menjadi saksi bisu masa-masa remaja kami. Belasan tahun silam, ketika kami masih duduk di bangku sekolah menengah di Bandung, kami sering menonton film “panas” di bioskop ini. Hampir setiap senin dan kamis kami selalu menyambangi bioskop-bioskop gurem ( pada akhir dekade ’90-an Majestic sudah kehilangan pamor) untuk menonton film dengan harga tiket yang murah. Seingat kami, harga tiket masuk untuk nonton hemat (nomat) setiap hari senin mulai diberlakukan pada masa-masa kami m