Postingan

SALAK - GEULIS

Mentari sudah hadir tatkala rembulan masih belum kembali ke peraduan Hangat api masih lebih hangat dari seduhan coklat Ini hanya rindu yang menggumpal serupa keju Seperti kopi yang lengkapi malam tadi   Terjal jalan batu yang terlewati semata untuk nikmati senja Di kaki Salak Syahdu senja itu sama dengan senja yang kau lihat Di kaki Geulis Batasan rindu tak kuasa halangi jarak dan waktu   Aku di Salak Kau di Geulis Berharap senja kembali hadir Untuk dinikmati berdua   Yudi Hamzah Bogor, 2022

Ramadhan Hari Kedua

Setelah dua tahun lamanya tanah air kita, malahan seluruh dunia, terimbas ganasnya pandemic Covid-19, sekarang kita bisa sedikit bernafas lega. Beberapa hari menjelang bulan Ramadhan keluar peraturan dari pemerintah yang menyebutkan bahwa di Ramadhan tahun ini umat Islam di tanah air bisa menyelenggarakan ibadah shalat tarawih berjamaah di masjid tanpa ada pembatasan dan penyekatan. Bahkan kuota full 100% diperbolehkan di masjid selama menerapkan protokol kesehatan yang berlaku, seperti telah divaksin dan menggunakan masker. Ramadhan kali ini jelas istimewa, kenapa bisa begitu? Karena setelah dua tahun akhirnya kita bisa merasakan kembali riuh rendahnya salawatan di masjid (meski ada pembatasan volume pengeras suara di masjid oleh mentri agama), keseruan ngabuburit sambil menunggu waktu berbuka, khusyuknya tadarus di masjid, shalat tarawih berjamaah di masjid, hingga ramainya anak-anak dan remaja berkeliling kampung mulai jam 02.30 pagi untuk membangunkan warga untuk menyiapkan dan b

Hari Pertama Ramadhan

Ramadhan hari pertama, atau waktu menjelang hari pertama, memang selalu menyajikan beragam peristiwa yang luar biasa. Maksudnya selain memang sangat istimewa juga diluar dari kebiasaan. Istimewa layak disematkan karena peristiwa ini hadir sekali dalam setahun. Berbagai ritual dan kebiasan yang berlaku sejak jaman orang tua kita dulu kembali hadir, atau lebih tepatnya dihadirkan kembali. Kegiatan yang paling banyak dilakukan dilakukan adalan ziarah ke kuburan orang tua atau mereka yang telah mendahului kita meninggalkan dunia ini. Kegiatan ini sedikit banyak telah menggerakkan roda perekonomian warga sekitar. Mulai dari berjualan kembang aneka rupa dan warna, menjual makanan dan minuman ringan, tukang membersihkan makam, hingga petuga khusus untuk memimpin doa bagi peziarah yang masih terbata untuk memanjatkan doa. Ini semua telah memberi dampak positif. Sebuah dalil mengatakan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat bagi manusia lainnya. Dari peristiwa ini kita bisa bel

Ironi Pagi Hari

  Aku melihat pejalan di kejauhan menyandarkan kakinya di trotoar Sedang duduknya di tanah merah sisa galian jalan Pandang nanar melihat ke seberang jalan Rombongan sosialita sehabis kalap belanja   Lain waktu aku melihat bocah memanggul plastik raksasa Tubuh mungilnya ketara ringkih mengangkut impian Air liur menetes saksikan kerumunan anak sekolah Rayakan kelulusan di resto mahal   Percayakah Kau ini terjadi di depan rumahku Di pekarangan rumahku Tidak jauh dari rumahmu   Terdorong Aku mengubah keadaan Tersadar Aku terjadi ketimpangan Sampai kapan ini akan terjadi Entah kapan semua akan berakhir   Percayakan pada usaha yang tak seberapa Serahkan pada doa yang terlantun tanpa paksa Iringi usaha dengan doa Biar Tuhan menilai semuanya   Jatinangor, 2021

Antara Urang, Maranéh, jeung Maranéhna, (Kata Ganti Orang Jamak dalam Bahasa Sunda)

Memperhatikan anak muda Bandung dewasa ini makin dinamis. Percampuran budaya yang terjadi, terutama di kalangan mahasiswa dan pelajar SMA, dalam bidang bahasa menjadikan Bahasa Sunda semakin berkembang. Kata yang dipergunakan dalam bahasa sehari-sehari sudah mencampuradukkan kelas bahasa. Undak usuk basa sudah tidak dikenal oleh generasi Z (kelahiran tahun 1996 – 2015) dan generasi alpha (kelahiran tahun 2016). Jikapun ada yang mengajarkan itu hanya sebatas di dalam pelajaran Bahasa Sunda di sekolah, yang ini pun seringkali dianggap pelajaran kelas pinggiran alias tidak mendapatkan perhatian khusus dari para siswa. Lebih lagi pelajaran bahasa dan sastra daerah tidak menentukan kelulusan siswa. Belajar Basa Sunda, bagi sebagian banyak orang, dianggap susah karena banyak aturan dan kata yang dipergunakan untuk menyebutkan satu subjek. Sebagaimana diketahui bahwa dalam Basa Sunda terdapat undak usuk basa , yaitu tingkatan basa yang pemakaiannya disesuaikan dengan siapa seseorang melakuk

Antara Anjeuna jeung Manéhna, (Kata Ganti Orang Ketiga Tunggal dalam Bahasa Sunda)

Memperhatikan anak muda Bandung dewasa ini makin dinamis. Percampuran budaya yang terjadi, terutama di kalangan mahasiswa dan pelajar SMA, dalam bidang bahasa menjadikan Bahasa Sunda semakin berkembang. Kata yang dipergunakan dalam bahasa sehari-sehari sudah mencampuradukkan kelas bahasa. Undak usuk basa sudah tidak dikenal oleh generasi Z (kelahiran tahun 1996 – 2015) dan generasi alpha (kelahiran tahun 2016). Jikapun ada yang mengajarkan itu hanya sebatas di dalam pelajaran Bahasa Sunda di sekolah, yang ini pun seringkali dianggap pelajaran kelas pinggiran alias tidak mendapatkan perhatian khusus dari para siswa. Lebih lagi pelajaran bahasa dan sastra daerah tidak menentukan kelulusan siswa. Belajar Basa Sunda, bagi sebagian banyak orang, dianggap susah karena banyak aturan dan kata yang dipergunakan untuk menyebutkan satu subjek. Sebagaimana diketahui bahwa dalam Basa Sunda terdapat undak usuk basa , yaitu tingkatan basa yang pemakaiannya disesuaikan dengan siapa seseorang melakuk

Antara Manéh, Sia, jeung Anjeun (Kata Ganti Orang Kedua Tunggal dalam Bahasa Sunda)

Memperhatikan anak muda Bandung dewasa ini makin dinamis. Percampuran budaya yang terjadi, terutama di kalangan mahasiswa dan pelajar SMA, dalam bidang bahasa menjadikan Bahasa Sunda semakin berkembang. Kata yang dipergunakan dalam bahasa sehari-sehari sudah mencampuradukkan kelas bahasa. Undak usuk basa sudah tidak dikenal oleh generasi Z (kelahiran tahun 1996 – 2015) dan generasi alpha (kelahiran tahun 2016). Jikapun ada yang mengajarkan itu hanya sebatas di dalam pelajaran Bahasa Sunda di sekolah, yang ini pun seringkali dianggap pelajaran kelas pinggiran alias tidak mendapatkan perhatian khusus dari para siswa. Lebih lagi pelajaran bahasa dan sastra daerah tidak menentukan kelulusan siswa. Belajar Basa Sunda, bagi sebagian banyak orang, dianggap susah karena banyak aturan dan kata yang dipergunakan untuk menyebutkan satu subjek. Sebagaimana diketahui bahwa dalam Basa Sunda terdapat undak usuk basa , yaitu tingkatan basa yang pemakaiannya disesuaikan dengan siapa seseorang melakuk

Simpé

Léngkah manéhna atra ngolébat dina kongkolak mata Moal diudag sanajan kuring leuwih awas Leuh…. Ngan sakieu kawani nu ngagedur téh Nu ti harita geus ngaguruh jeroning dada   Imut manéhna mulas poé nalika hujan Moal dipupus sanajan kuring ngabatin Leuh…. Ngan sakieu kawani nu harita kakoncara Ayeuna kari ikhlasna ngaleupas manéhna   Peuting ieu manéhna datang ngétrok jandéla haté Hamo dibuka sanajan sono Leuh…. Keun rék diantep Sina jadi galindeng haté nu simpé   Yudi Hamzah, 2022

Antara Abdi, Kuring, Déwék, jeung Aing (Kata Ganti Orang Pertama Tunggal dalam Bahasa Sunda)

Jika kita perhatikan gaya berbahasa anak muda Bandung sekarang. Meski tidak semua namun cukup banyak yang telah menggunakan kata dan frasa dalam Basa Sunda. Salah satu yang sering terdengar, penuturnya berasal dari kalangan anak SMA dan Mahasiswa, adalah penggunaan kata ganti orang pertama tunggal dalam percakapan mereka. Entah mungkin karena dianggap gaul atau apa, tapi penggunaan kata yang kurang tepat ini menjadikan Basa Sunda tidak enak didengar. Kata ganti orang pertama tunggal yang dimaksud adalah “Aing”. Dalam Bahasa Sunda, aing ini masuk ke kategori bahasa kasar. Sebagaimana diketahui bahwa dalam Basa Sunda terdapat undak usuk basa, yaitu tingkatan basa yang pemakaiannya disesuaikan dengan siapa seseorang melakukan pembicaraan atau komunikasi lisan dan tulisan. Tingkatan yang pertama adalah basa lemes, yaitu bahasa yang dipergunakan oleh seseorang ketika berbicara dengan orang yang lebih tua, lebih tinggi derajatnya, orang yang dihormati, atau orang yang baru dikenal. Tingkata

Dosen Darman

Papanggih jeung manéhna téh aya meureun dua atawa tilu taun katukang. Mun teu salah mah waktu balik pere lebaran haji. Papanggih teu ngahaja, basa kuring meuli pulsa, kabeneran nu boga conter pulsa téh horéng manéhna. Lantaran geus lila teu panggih atuh nu tadina ngan ukur rék meuli pulsa téh jadi lila kapegat ku ngobrol heula. Cenah basa lésot gawé ti Jakarta manéhna tuluy balik ka lembur, muka conter pulsa, da geus bosen gawé di batur. Manéhna téh babaturan waktu kuliah di Bandung, najan teu sakampus tapi kulantaran dilembur gé natangga tur sarua papada resep maca atuh jeung manéhna téh jadi akrab pisan, mun salah saurang boga buku anyar téh sok silih injeumkeun. Baheula mah keur leutik jeung manéhna téh batur ulin Babancakan atawa Ucing hui, sok inget ari geus silih sebutan jeung Si Ferdi, pajar téh “ Si Darman nongtot bool “ cenah, pédah Darman mah sok resep maké calana beureum. Teuing naon sababna jaman harita mah mun aya nu maké calana beureum téh sok pada nyebutan nongtot boo