Jihadku
Japar Sidik
Jihadku bergema antara peluh dan debu
Luluh bersama takbir-takbir mesin dan rintih laksaan karyawan
yang kemarin terpanggang sejuk AC gedung bertingkat para pejabat.
Separoh laknat ! separoh bejat!
Jumawa mencipta UMR yang kian congkak menggasak. Menindas!
menyerap tetes demi tetes keringat kami jadi batangan emas 24 karat
Yang terus ditimbun lemari besi majikan.
Kapitalis!
Teriak operator ditelan bising mesin tertawa dan dinding licin yang angkuh.
Jihadku telah luluh antara peluh , antara riak pengharapan
Antara desau napas-napas penghabisan
dan bisik puisi anakku yang hilang disenja rembang
“Ayah bawakan aku setangkai kembang.” katanya sumbang
saat petang mengambang kuajak ragaku pulang
menikung di celah setumpuk utang dan isak sendu istriku
ide datang dari Surga
saat malaikat berbisik “jadilah engkau karyawan tauladan agar kau lebih kaya dari majikan”
dan ditulis saat kepala membara.
18-11-2010.
Jihadku bergema antara peluh dan debu
Luluh bersama takbir-takbir mesin dan rintih laksaan karyawan
yang kemarin terpanggang sejuk AC gedung bertingkat para pejabat.
Separoh laknat ! separoh bejat!
Jumawa mencipta UMR yang kian congkak menggasak. Menindas!
menyerap tetes demi tetes keringat kami jadi batangan emas 24 karat
Yang terus ditimbun lemari besi majikan.
Kapitalis!
Teriak operator ditelan bising mesin tertawa dan dinding licin yang angkuh.
Jihadku telah luluh antara peluh , antara riak pengharapan
Antara desau napas-napas penghabisan
dan bisik puisi anakku yang hilang disenja rembang
“Ayah bawakan aku setangkai kembang.” katanya sumbang
saat petang mengambang kuajak ragaku pulang
menikung di celah setumpuk utang dan isak sendu istriku
ide datang dari Surga
saat malaikat berbisik “jadilah engkau karyawan tauladan agar kau lebih kaya dari majikan”
dan ditulis saat kepala membara.
18-11-2010.
Komentar
Posting Komentar